02 - Shalat Isyraq , Tatacara , Doa Dan Keutamaannya.
Kajian Islami |Tanwirul Qulub
Episode : 02
Judul : Tata Cara Shalat Isyraq: Niat, Waktu, Bacaan, dan Keutamaannya
Referensi : blog nu online.
______________________________________________
Assalamualaikum wr wb.
Alhamdulillahi rabbil'alamin
Allahumma shalli'ala sayyidina Muhammad wa'ala Alihi wa shahbihi wa atba'ihi wa barik wa sallim.
Sahabat tanwirul qulub yang dirahmati Allah jalla wa'ala.
Doa kami untuk kami sendiri dan sahabat semuanya semoga selalu dalam keadaan sehat wal'afiyat dimudahkan rezeki yang halal diampuni segala dosanya dan diterima segala amalnya oleh Allah Swt
Aamiiin.
Kata isyrâq secara bahasa bermakna terbit, sebagaimana dikatakan: ‘asyraqas syamsu’ yang berarti matahari telah terbit. Shalat Isyraq dalam fiqih adalah shalat yang dilakukan di waktu matahari terbit.
Shalat Isyraq juga disebut shalat Dhahwah Sughra artinya shalat dhuha kecil, sementara shalat Dhuha disebut sebagai shalat Dhahwah Kubra artinya shalat dhuha besar.
Menurutt Imam al-Ghazali, Imam as-Suyuthi, dan Syekh Alil Muttaqi al-Hindi, "shalat Isyraq bukan shalat Dhuha, sedangkan menurut kebanyakan ulama shalat isyraq adalah shalat Dhuha. Sebab itu, berdasarkan pendapat yang menyatakan shalat Isyraq bukan shalat Dhuha maka ketentuan hukumnya berbeda dengan shalat Dhuha. (Wizâratul Auqâf was Syu’ûnil Islâmiyyah, al-Mausû’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, XXVII: 132; Muhammad Anwar Syah bin Mu’adhim Syah al-Kasymiri, al-‘Urfus Syadzi Syarhu Sunanit Tirmidzi, II: 33; dan Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfuri, Tuhfatul Ahwadzi bisyarhi Jâmi’it Tirmidzi, III: 172).
Dalil yang mendasari kesunnahan shalat Isyraq di antaranya adalah hadits berikut:
كَانَ إِذَا أَشْرَقَتْ وَارْتَفَعَتْ قَامَ وَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَإِذَا انْبَسَطَتِ الشَّمْسُ وَكَانَتْ فِي رُبُعِ النَّهَارِ مِنْ جَانِبِ الْمَشْرِقِ صَلَّى أَرْبَعًا رواه الترمذي والنسائي وابن ماجه من حديث علي حسن
Artinya, “Ketika matahari bergeser dari tempat terbitnya seukuran satu atau dua tombak, sebagaimana ukuran waktu shalat Ashar dari Maghribnya,
maka Nabi ﷺ shalat dua rakaat, kemudian beliau diam (tidak shalat) sampai ketika waktu matahari naik, maka beliau shalat empat rakaat.”
(HR at-Tirmidzi, an-Nasai dan Ibnu Majah dari hadits Ali. Hadits hasan).
(‘Ubaidillah bin Muhammad Abdissalam al-Mubarakfuri, Mir’âtul Mafâtîh Syarhu Misykâtul Mashâbîh, 1984, IV: 346-347).
Kemudian keutamaan Shalat Isyraq.
Keutamaan shalat Isyraq adalah sebagaimana pahala haji dan umrah yang sempurna, yaitu bila dilakukan dalam rangkaian shalat Subuh secara berjamaah, lalu duduk berdzikir sampai terbit matahari, kemudian baru melakukan shalat Isyraq dua rakaat, sebagaimana diriwayatkan:
Nabi Saw bersabda"
مَنْْ صَلَّى الْفَجْرَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللهَ تَعَالَى حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ، كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَةٍ تَامَةٍ تَامَةٍ (رواه الترمذي. حسن)
Artinyaa, “Siapa saja yang shalat subuh secara berjamaah, kemudian duduk dengan berdzikir kepada Allah sampai terbit matahari, kemudian shalat dua rakaat maka ia akan mendapatkan pahala sebagaimana haji dan umrah yang sempurna, sempurna, sempurna.”
(HR at-Tirmidzi. Hadits Hasan). (Al-‘Iraqi, al-Mughni ‘an Hamlil Asfâr juz I, halaman 337).
Ketentuann Waktu dan Jumlah Rakaat.
Waktu shalat Isyraq masuk setelah matahari terbit dan telah naik satu tombak (tujuh hasta atau 2,5 meter ) atau 15 menit setelah terbitnya matahari ,sebagaimana awal waktu shalat Dhuha; dan berakhir hingga jelasnya waktu siang (falaqin nahâr), tidak memanjang sampai menjelang waktu zawâl (saat matahari tergelincir ke arah barat).
Akhir waktu shalat Isyraq dibahasakan secara mudah oleh Syekh Bashri dengan kalimat: “Sampai terlepas dari awal waktunya dengan jarak pemisah waktu yang secara umum dianggap lama.”
(Muhammad bin Umar Nawawi al-Jawi, Nihâyatuz Zain fi Irsyâdil Mubtadi-în, [Bairut, Dârul Fikr], halaman 103; dan Abdul Hamid as-Syirwani, Hawâsyis Syirwâni ‘ala Tuhfatil Muhtâj, [Bairut, Dârul Fikr], juz II, halaman 237.)
Rakaat dan Bacaan Surat dalam Shalat Isyraq
Rakaat shalat Isyraq adalah dua rakaat; sedangkan surat yang sunnah dibaca setelah al-Fatihah adalah surat ad-Dhuha pada rakaat pertama dan surat as-Syarh (Alam Nasyrah) para rakaat kedua.
(Nawawi al-Jawi, Nihâyatuz Zain, halaman 103).
Tata Cara, Niat, dan Doa Shalat Isyraq
Shalat Isyraq dilaksanakan dua rakaat sebagaimana shalat sunnah lainnya, dengan teknis sebagai berikut: Mengucapkan Lafadz niat shalat Isyraq dengan lidah dan diniatkan didalam hati saat takbiratul ihram
Yaitu :
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الإِشْرَاقِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Ushallî sunnatal isyrâq rak‘ataini lillâhi ta‘âlâ.
Artinya, “Saya menyengaja shalat sunnah Isyraq dua rakaat karena Allah ta’ala.”
Setelah takbiratul ihram dilanjutkan dengan membaca doa iftitah membaca surat al Fatihahal dan setelah membaca surat Al Fatihah pada rakaat pertama dilanjutkan dengan membaca surat ad-Dhuha, dan seterusnya. Setelah al-Fatihah pada rakaat kedua kemudian membaca surat as-Syarh, dan seterusnya sampai salam sebagaimana shalat biasa.
Setelahh shalat Isyraq selesai, seseorang dianjurkan membaca doa sebagai berikut:
اَللّهُمَّ يَا نُوْرَ النُّوْرِ بِالطُّوْرِ وَكِتَابٍ مَسْطُوْرٍ فِيْ رِقٍّ مَنْشُوْرٍ وَالبَيْتِ المَعْمُوْرِ، أَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَنِيْ نُوْرًا أَسْتَهْدِيْ بِهِ إِلَيْكَ وَأَدُلُّ بِهِ عَلَيْكَ وَيَصْحَبُنِيْ فِيْ حَيَاتِيْ وَبَعْدَ الْاِنْتِقَالِ مِنْ ظَلاَم مِشْكَاتِيْ، وَأَسْأَلُكَ بِالشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا، أَنْ تَجْعَلَ شَمْسَ مَعْرِفَتِكَ مُشْرِقَةً بِيْ لَا يَحْجُبُهَا غَيْمُ الْأَوْهَامِ وَلَا يَعْتَرِيْهَا كُسُوْفُ قَمَرِ الوَاحِدِيَّةِ عِنْدَ التَّمَامِ، بَلْ أَدِمْ لَهَا الْإِشْرَاقَ وَالظُهُوْرَ عَلَى مَمَرِّ الْأَيَّامِ وَالدُّهُوْرِ. وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتِمِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَللهم اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِإِخْوَاِننَا فِي اللهِ أَحْيَاءً وَأَمْوَاتًا أَجْمَعِيْنَ.
Allâhumma yâ nûrannûri bit thûr wa kitâbim masthûrin fî riqqim mansyûrin wal baitil ma’mur, as-aluka an tarzuqanî nûran astahdî bihi ilaika wa adullu bihi ‘alaika wa yashhabunî fi hayâtî wa ba’dal intiqâli min dhalâmi misykâtî, wa as-aluka bissyamsi wa dhuhâha wa nafsin wa mâ sawwâha, an taj’ala syamsa ma’rifatika musyriqatam bî lâ yahjubuhâ ghaimul auhâmi walâ ya’tarîhâ kusûful qamaril wâhidiyyati ‘indat tamâm, bal adim lahâl Isyraqa wad dhuhûra ‘alâ mamarril ayyâmi wad duhûr. Wa shallillâhumma ‘alâ Sayyidinâ Muhammadin khâtamil anbiyâ-i wal mursalîn. Wal hamdulillâhi rabbil ‘âlamîn. Allâhummaghfir lanâ wa liwâlidîna wa li-ikhwâninâ fillâhi ahyâ-an wa amwâtan ajma’în.
Artinya,
Artinya : “Ya Allah, Wahai Cahayanya Cahaya, dengan wasilah bukit Thur dan Kitab yang ditulis pada lembaran yang terbuka, dan dengan wasilah Baitul Ma'mur, aku memohon padamu atas cahaya yang dapat menunjukkanku kepada-Mu. Cahaya yang dapat mengiringi hidupku dan menerangiku setelah berpindah (ke alam lain; bangkit dari kubur) dari kegelapan liang (kubur) ku. Aku meminta kepada-Mu dengan wasilah matahari beserta cahayanya di pagi hari, dan dengan jiwa dan kesempurnaannya, agar Engkau menjadikan matahari ma’rifat kepada-Mu yang seperti matahari cerahnya bersinar menerangiku, tidak tertutup oleh mendung-mendung keraguan, tidak pula terlintasi gerhana pada rembulan kemahaesaan di kala purnama. Tapi jadikanlah padanya selalu bersinar dan selalu tampak, seiring berjalannya hari dan tahun. Berikanlah rahmat ta'dzim Wahai Allah kepada junjungan kami Muhammad, sang pamungkas para nabi dan rasul. Segala Puji hanya milik Allah Tuhan penguasa alam. Ya Allah ampunilah kami, kedua orang tua kami serta kepada saudara-saudara kami seagama seluruhnya, baik yang masih hidup ataupun yang telah meninggal."
(Nawawi al-Jawi, Nihâyatuz Zain, halaman 103).
Hanya sekian semoga bermanfaat amiin
Allahumma shalli'ala sayyidina Muhammad wa'ala Ali sayyidina Muhammad
Wassalamu'alaikum wr wb.
Comments
Post a Comment